|
Pemerintah tengah melobi Research in Motion (RIM) selaku produsen ponsel pintar Blackberry untuk membangun pabrik di Indonesia.
"Sudah ada pendekatan-pendekatan (ke RIM) untuk membuat basis produksi di sini," kata Direktur Telematika Ditjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Depperin Ramon Bangun di sela-sela Pameran Industri Telematika di kantor Depperin Gatot Subroto Jakarta, Selasa, 28 Juli 2009.
Menurut Ramon, kesiapan RIM membangun kantor layanan purna jual (service centre) di Indonesia pada 26 Agustus 2009 dapat menjadi langkah awal memulai basis produksi di Indonesia. "Dengan adanya kantor (service centre) di sini, mereka akan melihat pasar Indonesia," ujarnya.
Pasalnya, dia menambahkan, produsen Blackberry saat ini merasa khawatir apakah pasar Indonesia hanya bersifat sementara atau berkelanjutan.
"Kalau mereka (RIM) melihat pasar Indonesia berlanjut, mungkin akan terpikir membuat basis di sini dengan langkah awal menggandeng partner lokal, tidak akan investasi langsung di sini," tutur Ramon.
Ramon mengakui, sebagian besar produk Blackberry yang masuk ke Indonesia sebagian besar produksi Hongaria. "Lebih dari 90 persen berasal dari Hongaria, terutama handsetnya," ujarnya.
Indonesia, menurutnya, telah mampu membuat handset serupa Blackberry dengan merek Nexian, meski baru bisa beroperasi dengan Telkomsel dan XL. "Masalahnya, untuk Nexian, ada right (paten) dari RIM tidak," katanya.
Selain itu, pemerintah juga tengah membuka pembicaraan kembali dengan prinsipal ponsel dunia, Nokia Corporation, yang beberapa waktu lalu berkomitmen membangun pabrik di Indonesia.
"Dalam waktu dekat, pak Dirjen (Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Depperin Budi Darmadi) akan terbang menemui Nokia untuk negosiasi," ujarnya.
Menurut Ramon, Nokia tak kunjung merealisasikan komitmennya karena sempat terpukul dengan kasus yang menimpa Blackberry. "Tak hanya di negara asal Nokia, seluruh dunia tengah terpukul karena Blackberry," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar