Memang tak pernah mudah menaklukan "badai". Butuh waktu yang tak sebentar untuk terbiasa menggunakan layar tekan varian BlackBerry satu ini. Bagi operator pemasarnya di Indonesia, ini jelas tantangan. Jadi, siapa paling hebat jual Storm?
Bagi Warih Handono, Manager BlackBerry dan Internet 3G dari Excelcomindo Pratama (XL), mengoperasikan perangkat layar tekan atau surepress besutan Research in Motion (RIM) dari Kanada ini, tak senyaman saat menggunakan handheld Bold miliknya.
Ibu jarinya tak lagi lincah menari-nari. Tak seperti saat ia berselancar di atas papan ketik dan scrolling ball. "Storm memang kurang seru. Tidak seperti Bold, Javelin, atau Curve yang ada pentilnya," selorohnya lepas, setengah bercanda dengan detikINET.
Tapi itu beberapa waktu lalu. Kini mau tak mau, Warih jelas harus suka dengan Storm. XL selaku perusahaan tempat ia bernaung kini, akhirnya memutuskan untuk ikut memasarkan ponsel cerdas RIM yang nyatanya belum memiliki fitur Wi-Fi di dalamnya.
Memang jumlahnya tak banyak. XL terkesan seperti tak ingin ketinggalan dengan dua kompetitornya. Pasokan barang yang dipesan langsung ke RIM pun paling sedikit, hanya 800 unit. Jelas kalah banyak jika dibanding Telkomsel yang memasok 2000 unit, atau bahkan Indosat yang "nekat" ambil 5000 unit langsung.
Saat dua kompetitornya sudah mulai wara-wiri memasarkan Storm, pun XL masih tenang-tenang saja. Padahal, kata Direktur Commerce XL Joy Wahyudi saat ditemui awal tahun ini, Storm memang disiapkan untuk pesaing iPhone 3G milik Telkomsel. Namun itu cerita lalu, Storm yang dipesan XL pun belum kunjung datang.
Meskipun banyak orang mengaku kurang tertarik dengan Storm, namun kenyataan ini dinafikan Indosat dan Telkomsel. Kedua operator malah terkesan ngotot untuk berjualan. Indosat bahkan sudah jauh-jauh hari membuka kesempatan pre-order. Pun begitu dengan Telkomsel.
Dilihat dari jumlah pre-order, Indosat memang yang paling banyak. Direktur Marketing Indosat Guntur Siboro mengklaim ada 2000 pelanggan yang sudah menyatakan tertarik untuk beli. Namun demikian, Telkomsel juga tak mau kalah start. Meski cuma berhasil memancing 1000 pre-order, operator ini bilang sudah ada lebih dari 100 orang yang beli saat peluncurannya kemarin.
"Kami tak mau pelanggan dibebani dengan harga yang mahal. Itu sebabnya Telkomsel hanya menjual bundling Rp 6,99 juta saja dengan bonus satu bulan berlangganan paket BIS (BlackBerry Internet Service)," kata GM Marketing Telkomsel Nirwan Lesmana.
Sekilas, harga yang ditawarkan Telkomsel memang jauh lebih murah dibanding Indosat yang mematok Rp 8,5 juta. Namun, Guntur bilang harga Storm yang dilepas ke pasar sudah termasuk biaya berlangganan BIS selama 12 bulan.
"Siapa bilang lebih mahal, biaya langganan setahun itu senilai Rp 2,16 juta. Artinya harga device hanya Rp 6,34 juta. Operator itu bukan pemain handset, jadi tidak akan pernah kompetitif soal harga perangkat, apalagi dibanding harga RIM," sanggahnya kepada detikINET, Sabtu (16/5/2009).
Indosat sejak awal membicarakan Storm, secara eksplisit memang ingin sekali menyaingi penjualan iPhone 3G Telkomsel. Group Head Brand Marketing Indosat, Teguh Prasetya, bahkan sempat sesumbar, "kalau Telkomsel bisa jual iPhone 3G lima ribu, kita juga harus bisa lima ribu. Mereka sepuluh ribu, kita bisa sepuluh ribu."
Jika kemarin Telkomsel mengklaim pelanggan BlackBerry miliknya sudah mencapai 100 ribu, tak lama berselang, Indosat juga buru-buru mengaku-aku jumlah pelanggannya kurang lebih sama pencapaiannya.
Ya, namanya juga jualan, operator boleh saja bilang dagangannya yang paling hebat. Namun, pasar juga yang akhirnya menentukan. Kalau memang jago mengemas dan memasarkannya, pasar mungkin terbuai. Jika tidak, siap-siap saja "badai" pasti berlalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar