Pertumbuhan layanan BlackBerry di Indonesia terus meningkat sangat signifikan akhir-akhir ini. Informasi dari Research in Motion (RIM) selaku penyedia teknologi BlackBerry, juga menyatakan bahwa pertumbuhan penggunaan layanan tersebut di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara lain di kawasan Asia Pacifik.
Saat ini saja diperkirakan ada sekitar tiga ratus ribuan jumlah pengguna layanan BlackBerry dari tiga operator yang menyediakan layanannya di Indonesia, yaitu Indosat, Telkomsel, serta Excelcomindo Pratama (XL). Sungguh suatu jumlah yang sangat mencengangkan, mengingat harga handset yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan perangkat handset lainnya.
Merebaknya penggunaan layanan BlackBerry tentunya juga tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh tiga operator tersebut. Tidak hanya dari sisi fungsionalnya saja, tetapi juga bagaimana menjadikan penggunaan BlackBerry sebagai bagian dari gaya hidup.
Dan ini terbukti nyata, di mana pemakaian BlackBerry sudah tidak mengenal batas usia, pekerjaan ataupun atribut-atribut status sosial lainnya. Apalagi sejak operator mampu menyediakan inovasi layanan BlackBerry dengan basis tarif yang kian terjangkau.
Tingginya tingkat permintaan akan BlackBerry, jelas tak mampu sepenuhnya dipenuhi operator. detikINET pernah melansir bahwa dari total sekitar tigaratus ribuan jumlah pengguna BlackBerry di Indonesia, separuhnya lebih menggunakan perangkat tidak resmi atau seringkali disebut dengan BM (black market).
Artinya, penggunanya tidak membeli perangkat BlackBerry tersebut dari operator sebagai penyedia resmi perangkat dan layanan BlackBerry.
Tumbuhnya BlackBerry BM tersebut juga tidak terlepas dari kurangnya pemahaman dari calon pengguna mengenai karakteristik layanan BlackBerry sendiri. Calon pengguna yang masih awam rata-rata berpikiran bahwa pemakaian layanan BlackBerry dianggap sama saja dengan menggunakan layanan telpon biasa.
Cukup beli perangkat handset, beli kartu/SIM card dari salah satu operator, kemudian dinyalakan, dan siap digunakan, selesai. Dianggap sesederhana itu prosesnya. Dan bahkan banyak yang tidak mengetahui adanya unique identity yang disebut dengan PIN dan IMEI.
Dan kalaupun mereka tahu mengenai PIN dan IMEI, rata-rata hanya tahu dari sisi istilahnya saja karena sering mendengar dari teman, relasi atau saudaranya yang terlebih dahulu menggunakan layanan BlackBerry. Banyak di antara calon pengguna, yang tidak mengetahui atau memahami bahwa di dalam penyediaan layanan BlackBerry ada keterkaitan beberapa pihak diantaranya operator selaku penyedia jaringan, penggunanya sendiri serta tentunya RIM selaku penyedia teknologi layanan BlackBerry.
Ketidaktahuan mengenai hal ini, acapkali membuat pengguna beranggapan bahwa bila perangkat BlackBerrynya mengalami masalah yang ada kaitannya dengan PIN dan IMEI misalnya suspend dsb, maka penyelesaianya cukup hanya melalui operator saja. Padahal permasalahan yang ada kaitannya dengan PIN dan IMEI seperti yang dialami oleh beberapa pengguna, harus dirujuk kembali kepada RIM.
Karena hanya RIM yang mempunyai data dan mengetahui secara pasti peredaran PIN dan IMEI yang resmi dari satu perangkat BlackBerry.
Peningkatan penggunaan BlackBerry yang sangat pesat, yang tidak diimbangi dengan pemahaman yang cukup dari calon pengguna mengenai layanan BlackBerry sendiri, pada akhirnya juga terus mendorong keberadaan pasar gelap atau jalur penjualan BlackBerry tidak resmi.
Ini seolah menjadi "berkah" bagi para pedagang ponsel. Di satu sisi, banyak calon pengguna yang kurang paham mengenai layanan BlackBerry, namun ingin memiliki dan menggunakan layanan BlackBerry. Di sisi lain,penjualan perangkat BlackBerry tidak resmi ini juga menawarkan margin keuntungan yang sangat menggiurkan.
Selain selisih harga yang cukup besar dibandingkan perangkat resmi yang dijual operator, perputaran bisnis ini juga sangat cepat. Munculnya beberapa kasus dari pengguna BlackBerry yang mengalami masalah dengan PIN dan IMEInya, sebenarnya juga dipicu oleh "kelihaian" para penjual handset di dalam memanfaatkan ketidaktahuan para calon pengguna.
Untuk mengantisipasi dan meminimalkan kemungkinan munculnya kasus BlackBerry yang bermasalah tentunya dituntut peran serta bersama antara calon pengguna dengan para operator di Indonesia, termasuk dengan RIM selaku pihak penyedia teknologi BlackBerry.
Pengguna diharapkan lebih jeli dan tidak tergoda untuk membeli perangkat BlackBerry di luar jalur penjualan resmi yang dimiliki oleh operator dan channel penjualan resmi lainnya yang telah ditunjuk oleh operator. Jangan sampai, hanya karena tergiur harga perangkat yang lebih murah, apalagi ditunjang dengan adanya kemudahan berlangganan BlackBerry dengan tarif harian, mingguan, atau bulanan, namun melupakan faktor keamanan dan kenyamanan.
Karena tidak ada yang menjamin bahwa bila sekarang BlackBerry anda baik-baik saja, maka esok hari juga akan sama baik. Bisa jadi besok giliran BlackBerry anda yang akan bermasalah dengan PIN dan IMEInya. Tentunya anda tidak menginginkan hal ini terjadi, bukan?
Selain terjamin dari sisi keamanan dan kenyamanan, dengan melakukan pembelian perangkat BlackBerry melalui operator, Anda juga akan mendapatkan jaminan purna jual yang lebih baik karena adanya kepastian mengenai keaslian perangkat BlackBerry.
BlackBerry Anda akan mendapatkan garansi resmi dari RIM yang berlaku setahun penuh. Selain itu anda juga akan mendapatkan kemudahan untuk bisa melakukan upgrade system dan perbaikan BlackBerry pada saat BlackBerry Anda bermasalah. Yang pasti, dengan memilih perangkat BlackBerry resmi dari operator, maka berarti anda sudah menentukan sendiri bahwa BlackBerry Anda berkurang resikonya bahkan terbebas dari fenomena PIN dan IMEI bermasalah, yang banyak terjadi akhir-akhir ini
Dari sisi operator sebenarnya juga sudah mulai mengintensifkan program edukasi atau pembelajaran mengenai perlunya pemakaian BlackBerry resmi ini. Mereka sudah tidak sekedar mendorong aktifitas penjualan yang berorientasi profit semata, karena operator juga menyadari sepenuhnya bahwa tanpa mendorong upaya edukasi ini, maka penggunaan BlackBerry tidak resmi akan terus berlangsung. Dan ujung-ujungnya operator juga yang akan kena getahnya. Komplain pelanggan akan terus meningkat, dan yang paling terasa tentunya adalah "tidak bergeraknya" unit BlackBerry resmi yang dijualnya.
Padahal target penjualan unit BlackBerry resmi merupakan salah satu obligasi yang dibebankan oleh RIM kepada setiap operator. Yang justru masih menjadi tanda tanya besar dari masyarakat khususnya kalangan pengguna BlackBerry adalah masih minimnya peranan dan perhatian dari pihak RIM.
Terasa tidak masuk akal, di kala jumlah pengguna layanan BlackBerry di Indonesia tumbuh dengan demikian pesatnya, namun RIM belum juga membuka kantor perwakilan apalagi service center di Indonesia. Semua seolah diserahkan kepada para operator, termasuk untuk sejumlah kasus kerusakan dan ter-suspend-nya perangkat BlackBerry yang dialami oleh pelanggan.
Sejujurnya kita mustinya mengakui bahwa sangat tidak fair bila semua penanganan permasalahan BlackBerry tersebut harus ditimpakan seluruhnya kepada operator. Oleh karena itu, alangkah lebih baik bagi kita sebagai pengguna BlackBerry, untuk mendukung sepenuhnya langkah yang dilakukan oleh para operator untuk mendorong agar RIM secepatnya menyediakan layanan pelanggan (service center) bagi pengguna BlackBerry di Indonesia.(Sumber:Detikinet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar